Sinopsis
Bersetting setelah 10 tahun semenjak Dr. Hannibal Lecter
(Anthony Hopkins) melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa. Clarice Sterling
(Julianne Moore), yang dulu memiliki hubungan dengan Lecter pun kini telah
resmi menjadi agen resmi FBI. Sayangnya, pergantian status dari sekedar “anak
magang” menjadi agen FBI pun tidak serta merta berjalan dengan baik.
Suatu waktu, munculah seorang Mason Verger (Gary Oldman),
seorang yang pernah menjadi korban keganasan sang dokter. Verger yang sangat
terobsesi dengan misi balas dendam terhadap Hannibal Lecter pun mengerahkan
segala cara agar bisa menangkapnya hidup-hidup.
Sementara itu, Clarice ditugaskan untuk mencari informasi
mengenai keberadaan Hannibal Lecter. Clarice melihat hal ini sebagai kesempatan
untuk memperbaiki citranya di FBI, dan karena pengalamannya yang begitu dekat
dengan sang dokter, maka ia pun melihat peluang untuk menangkapnya kembali.
Dengan dikelilingi oleh agen dan polisi yang korup, membuat
masalah menjadi pelik. Clarice Sterling kesulitan menjalankan misi. Sementara
Dr. Hannibal Lecter sendiri dengan leluasa melakukan kejahatannya kembali.
Review
Nama besar Ridley Scott sebagai sutradara tidak menjadi
jaminan disini. Ridley Scott yang juga pada kisaran tahun yang sama berhasil
membawa pulang Oscar dengan Gladiator-nya, atau film thriller epic bertajuk
alien, rasanya belum cukup untuk menghadirkan suasana berkesan di film berjudul
Hannibal ini.
Penceritaan di film yang satu ini memang berfokus pada sosok
Hannibal. Tidak seperti film sebelumnya The Silence of The Lambs, atau prequel
yang hadir setahun setelah film Hannibal itu sendiri, Red Dragon. Kedua film
yang berhasil meraih rating cukup tinggi ini menghadirkan sebuah cerita dimana
Dr. Hannibal Lecter menjadi “mentor” bagi agen-agen FBI yang mengalami
kesulitan dalam memecahkan suatu kasus.
Sebenarnya ide cerita dalam film Hannibal ini berpotensi
untuk menghadirkan film yang keren. Jujur saja, di film The Silence of The
Lambs saya penasaran habis dengan sosok dan sejahat apa Dr. Hannibal Lecter
sebenarnya. Memang disana ada scene Dr. Hannibal Lecter menguliti wajah seorang
polisi akan tetapi rasanya itu belum cukup menjadikan Dr. Hannibal Lecter
menjadi penjahat yang paling ditakuti disana.
Di film Hannibal ini lah saya mendapat jawaban sekaligus
kepuasan akan keingin tahuan tentang sosok Hannibal Lecter sebenarnya. Teknik
membunuh dan memakan korbannya, setiap korban Hannibal Lecter selalu
meninggalkan kesan, apalagi endingnya yang membuat ngilu abis. Serius.
Jika ada hal yang bisa dijadikan kambing hitam akan
jebloknya rating film Hannibal ini, mungkin itu didasari oleh pemilihan
cast-nya yang kurang tepat. Terutama keputusan untuk mengganti sosok agen
Clarice Sterling yang diperankan oleh Julianner Moore, yang sebelumnya di
perankan oleh Jodie Foster.
Tidak seperti The Silence of The Lambs yang menceritakan
karakter Clarice Sterling sebagai calon agen FBI yang begitu polos masih lemah,
Hannibal memiliki bagian cerita yang mengkisahkan aksi agen Aterling, dan saya
menganggap jika Julianne Moore lemah dalam hal ini.
BTW (ini kepanjangan dari By The Way atau Ngomong-ngomong),
bagi saya pribadi film ini cukup bagus dan hampir mendekati sempurna jika yang
menjadi Clarice Sterling bukanlah Julianne Moore. Maaf ya tante.
Rating
Mestinya sih 4, tapi karena ada mbak Julianne Moore jadi…
3,2 / 5
Eh nggak deh, berkat endingnya yang super ngilu abis dan
menjawab rasa penasaran saya ratingnya jadi
3,7/4
IMDB :
Rotten Tomatoes :
Post a Comment